
TANJUNG REDEB, DESKRIPSI.ID – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau melalui Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (DTPHP) terus mendorong pengembangan komoditas lokal unggulan, salah satunya pisang kepok, yang menjadi salah satu hasil pertanian khas Berau. Upaya ini dilakukan dengan memanfaatkan teknologi kultur jaringan untuk menghasilkan bibit berkualitas, seragam, dan bebas penyakit.
Kepala DTPHP Berau, Junaidi, menjelaskan bahwa program pengembangan pisang kepok berbasis kultur jaringan merupakan bagian dari inisiatif Kementerian Pertanian (Kementan RI) yang kini diterapkan di sejumlah daerah. Menurutnya, teknologi kultur jaringan menjadi solusi modern untuk mempercepat penyediaan bibit sekaligus meningkatkan produktivitas pertanian daerah.
“Ke depan, pengembangan pisang di Berau akan diarahkan menggunakan kultur jaringan. Dengan metode ini, bibit dapat diperoleh lebih cepat dan kualitasnya lebih seragam,” ujar Junaidi, Selasa (12/8/2025).
Ia menambahkan, selama dua tahun terakhir Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur melalui DTPHP Kaltim telah menyalurkan sekitar 4.000 bibit pisang hasil kultur jaringan ke sejumlah kabupaten dan kota, termasuk Berau. Tahun ini, Pemkab Berau kembali mengajukan proposal bantuan tambahan bibit agar dapat melanjutkan pengembangan program tersebut di tingkat petani.
Junaidi menyebut, Kampung Inaran dan Bena Baru sebelumnya dikenal sebagai sentra budidaya pisang di Berau. Kedua wilayah ini memiliki lahan yang cocok untuk pengembangan tanaman pisang, dan rencananya akan kembali diaktifkan sebagai kawasan produksi unggulan jika kondisi lahan masih memungkinkan.
“Bantuan bibit dari provinsi sangat membantu petani untuk kembali menanam. Kalau lahannya masih bagus, kami siap lanjutkan pengembangannya,” katanya.
Ia juga menuturkan bahwa program kultur jaringan pisang di Kalimantan Timur sempat menjadi sorotan nasional, bahkan mendapat kunjungan langsung dari staf kepresidenan pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Hal ini menunjukkan perhatian besar pemerintah pusat terhadap penguatan sektor hortikultura daerah.
Berau sendiri, lanjut Junaidi, memiliki sejarah panjang dalam budidaya pisang lokal, terutama varietas pisang beranak pinang yang dikenal memiliki rasa khas dan kualitas buah unggul. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, sebagian petani mulai beralih menanam jagung dan padi karena mendapat dukungan lebih besar dari program pemerintah pusat.
“Padahal pisang memiliki potensi ekonomi yang tinggi. Dalam satu hektare, hasilnya bisa sangat menguntungkan jika dikelola dengan baik. Tantangannya, teknik budidaya di Berau masih tergolong tradisional,” jelasnya.
Ia mencontohkan, praktik pertanian modern di Thailand membatasi satu pohon pisang hanya menghasilkan satu tandan agar kualitas buah tetap maksimal. Sementara di Berau, satu pohon kerap dibiarkan menghasilkan beberapa tandan sekaligus, yang berdampak pada penurunan mutu buah.
Selain itu, Junaidi memastikan bahwa banjir yang kerap melanda wilayah Inaran dan Bena Baru belum menimbulkan dampak serius terhadap tanaman pisang.
“Belum ada laporan kerusakan tanaman pisang akibat banjir. Yang terdampak baru tanaman kakao dan ternak. Kalau nanti ada permintaan bantuan, kami tentu siap mendukung,” tegasnya.
Sementara itu, Bupati Berau Sri Juniarsih Mas menyampaikan apresiasi terhadap langkah DTPHP Berau yang terus berinovasi dalam mengembangkan komoditas lokal dengan pendekatan teknologi pertanian modern. Menurutnya, inovasi seperti kultur jaringan sangat penting untuk memastikan ketahanan pangan dan kemandirian ekonomi daerah.
“Kami mendukung penuh pengembangan pisang kepok berbasis kultur jaringan ini. Selain memperkuat sektor pertanian, program ini juga membuka peluang bagi petani untuk meningkatkan pendapatan dan daya saing produk lokal Berau,” ujar Sri Juniarsih.
Ia menegaskan, pemerintah daerah berkomitmen untuk terus memperkuat sektor pertanian sebagai salah satu penopang utama ekonomi daerah di luar sektor pertambangan.
“Pertanian adalah fondasi kemandirian daerah. Kalau petani kita kuat, ekonomi Berau akan semakin kokoh. Kami akan terus berupaya agar para petani mendapat dukungan, baik dari segi pembinaan, bibit, maupun akses pasar,” tandasnya.
Dengan pengembangan pisang berbasis kultur jaringan ini, Pemkab Berau berharap produktivitas dan nilai ekonomi pisang lokal meningkat, sekaligus memperkuat posisi Berau sebagai sentra hortikultura potensial di Kalimantan Timur.(adv/ram)








Komentar