
DESKRIPSI.ID – TENGGARONG – Pemuda dalam melakukan pemulasaran jenazah masih dianggap tabu sebagian besar masyarakat Indonesia. Bahkan, banyak yang mengira para pemuda itu belum cukup umur dan awam terhadap prosesi fardu kifayah. Namun, pola pikir itu coba dirubah Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kaltim, Bahwa pemuda harus bisa mengambil peran di masyarakat serta mampu memberikan kontribusi yang berdampak poisitif bagi lingkunganya. Khususnya dalam bidang pemulasaran jenazah secara syariat Islam.
Aksi Dispora Kaltim itu direalisasikan dalam kegiatan Pelatihan Fardu Kifayah bagi 150 pemuda Kutai Kartanegera (Kukar). Pelatihan itu dibuka, Rabu (18/6/2025), dan ditutup pada Kamis (19/6/2025). Acara yang diikuti pemuda dari pelajar dan mahasiswa ini dipusatkan di Ruang Serbaguna Dispora Kukar, Tenggarong. Panitia pelatihan menghadirkan pemateri kompeten dibidangnya, Abnan Pancasilawati, dosen dari UINSI Kaltim, serta KH Muhammad Rasyid, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kaltim.

“Kita coba rubah pola pikir masyarakat Kaltim. Bahwa pemuda juga harus bisa mengambil peran dan mampu memberikan kontribusi nyata bagi lingkunganya. Satu diantaranya pemuda saat ini harus bisa melakukan pemulasaran jenazah di tengah masyarakat,” jelas Analis Kebijakan Ahli Muda Dispora Kaltim, Hasbar Mara mewakili Kepala Dispora Kaltim, HM Agus Hari Kesuma (AHK), kamis (19/6/2025)
Hasbar menambahkan, diakui pihaknya memang saat ini praktik pemulasaraan jenazah masih sering dianggap tabu oleh generasi muda. Jadi kini pihaknya terus melakukan pendekatan yang lebih aplikatif dan edukatif. Sehingga langkah-langkan strategis yang dilakukan Dispora ini bisa lebih familiar dan diterima oleh generasi muda modern saat ini. Pendekatan tersebut ditekankan pihaknya juga bertujuan membangun kesiapan pemuda, dalam terlibat aktif pada aspek sosial-keagamaan yang selama ini kurang tersentuh.
“Kami undang sebanyak 150 peserta dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Merka ini kami libatkan secara langsung. Jadi selain dibekali pemahaman secara teori juga sekaligus praktik menyeluruh. Seperti tata cara merawat jenazah sesuai ajaran Islam,” urai Hasbar.
Tampak kedua narasumber secara gamblang dna jelas memberikan pembekalan teori dan praktik pada ratusan peserta itu. Seperti tahapan mulai dari memandikan, mengkafani, menyolatkan, hingga memakamkan jenazah. Terlihat juga para peserta antusias menyimak pemaparan. Hingga tidak jarang pertanyaan yang diajukan pada pemateri. Karena mereka menganggap pelatihan itu baru pertama kali didapatkan.
Usai sesi materi, para peserta mengikuti simulasi menyeluruh pemulasaraan jenazah. Tidak sedikit dari peserta yang mengaku ini adalah pengalaman pertama mereka. Pelatihan ini dianggap penting karena materi semacam ini umumnya tidak disampaikan dalam kurikulum pendidikan formal.
“Kegiatan ini inisiatif kami dalam menjadi bagian dari strategi menanamkan nilai religius pada pemuda. Juga sekaligus membangun karakter pemuda yang empatik dan tangguh secara moral. Kami ingin anak muda sadar, bahwa fardu kifayah bukan sekedar kewajiban agama. Tetapi juga bentuk nyata kepedulian terhadap sesama,” beber Hasbar.
Hasbar juga menerangkan, pelatihan itu secara ilmiah selaras dengan prinsip experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman. Sehingga ilmu yang diberikan pemateri atau yang diperolehnya bisa lebih cepat terserap untuk diaplikasikan. jadi konsep ini terbukti ampuh khususnya dalam meningkatkan kesadaran sosial dan memperkuat nilai moral dalam diri peserta kaum muda itu. Karena disini melibatkan aspek afektif dan kognitif secara bersamaan.
Hasbar menegaskan, bahwa Dispora Kaltim melalui program serupa akan terus digulirkan di berbagai daerah. Diharapkan pihaknya, para generasi muda Kaltim tidak hanya kuat secara fisik dan cerdas intelektual saja. Teetapi juga memiliki kepekaan spiritual dan sosial yang tinggi. (adv)








Komentar